Selasa, 18 Juni 2013

Godaan Syetan

” Sesungguhnya pemboros-
pemboros itu adalah saudara-
saudara setan dan setan itu
adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya ”. ( Q.S. Al-Isra’ : 27 ) “Kebahagiaan Tidak Terletak
Pada Hidup Yang Berlebihan
Tetapi Ada Pada Hidup Yang
Berkecukupan”. Di suatu masa, hiduplah seorang
yang kaya raya, namun sayang ia
sangat sombong dan tidak peduli
terhadap sesama, dirinya selalu
dilayani oleh para pelayan dan
orangnya pun sangat kasar terhadap siapa saja. Ia hidup
dalam kemewahan tanpa peduli
kepada orang miskin. Pada satu hari datang seorang
pengemis yang kelaparan ingin
meminta makanan kepadanya
tetapi dia malah memaki-maki
pengemis tersebut. Padahal
setiap hari ia selalu membuang sisa makanan diselokan belakang
rumahnya. ”Tuan kasihani hamba. Hamba
dari kemarin belum makan. Tolong
berikan sisa-sisa makanan Tuan
kepada hamba” Si pengemis itu
memohon dengan suara yang
memelas. ”Hei... manusia tidak berguna. Aku
tidak sudi memberi makanan
untukmu, lebih baik aku buang
dari pada dikasihkan kepada
kamu” Bentak orang kaya itu
dan langsung menutup pintu rapat-rapat. Dirinya tidak mau
membagi sedikitpun makanan
yang dia punya. Padahal setiap
kali dia makan, lauk yang tersaji
dimeja makan sangat banyak dan
tak sekalipun ia menghabiskannya, dan dia pun
tidak pernah mau makan sisa nasi
sebelumnya. Begitu jam makan
tiba semua yang tersedia diatas
meja harus diganti dengan yang
baru. ”Ingatlah Tuan, Roda kehidupan
selalu berputar tak selamanya
hidup tuan diatas” Si pengemis
pun dengan langkah yang gontai
sambil berlinangan air mata
meninggalkan rumah mewah itu. Hari-hari berikutnya, kehidupan
orang kaya itu masih tetap sama.
Hatinya tidak pernah terketuk
oleh rasa kemanusiaan, yang dia
tahu bahwa semua yang dia miliki
hanya bisa dinikmati oleh dirinya sendiri. Sampailah pada satu waktu,
ditempat ia tinggal mengalami
goncangan gempa yang hebat,
seluruh penduduk pun segera
meninggalkan rumah untuk
menghindari tertimpanya robohan bangunan. Demikian juga dengan
para pelayannya masing-masing
berusaha menyelamatkan diri
tanpa peduli kepadanya. Tapi
orang kaya ini selamat juga
berkat jerih payahnya, namun segala kekayaannya musnah
ditelan bumi. Dan hanya sekejap
dia pun menjelma menjadi orang
miskin. Sehari, dua hari dirinya masih
bertahan tetapi begitu masuk
hari ketiga ia pun tidak mampu
melawan rasa lapar. Kepalanya
pun mulai berkunang-kunang dan
badanpun mulai terasa sakit. Maklumlah dirinya yang selama ini
hidup laksana tinggal di istana,
tiba-tiba harus menjadi
gelandangan tentu tidak
gampang untuk menyesuaikan
diri, sudah tidak ada lagi keangkuhan yang terpancar dari
pandangan mata yang penuh
kebencian setiap kali dirinya
didatangi para pengemis yang
minta belas kasihannya. Ia pun sudah tidak bisa bertahan
lebih lama lagi dan saat itu pula,
Ia melihat ada segerombolan
pengemis yang sedang meminta-
minta dirinya pun memutuskan
untuk bergabung. Akan tetapi keberadaannya tidak diterima,
para pengemis yang pernah
disakitpun ingin membalas semua
yang pernah mereka terima. Ia
dihajar habis-habisan dan diludahi
oleh para pengemis itu. ”Ini kan orang kaya yang
sombong itu” Ucap para
pengemis. Dirinya makin tidak berdaya dan
meratapi nasib yang menimpa
dirinya, sambil menahan rasa
lapar dan sakit disekujur tubuh ia
duduk dipinggir jalan. Ia tidak
pernah menyangka bahwa ia pun akan mengalami kesusahan. Tidak
lama kemudian pandangannya pun
menjadi gelap dan detik
berikutnya dia pun tidak
sadarkan diri. Dan begitu
tersadar ia mendapatkan dirinya sudah ada disebuah gudang tua
yang tidak jauh dari tempat
tinggalnya. Bekas gudang
makanan pun tidak luput dair
goncangan gempa. Namun tidak
separah rumahnya yang rata dengan tanah, Ia masih
merasakan lapar yang luar biasa. Tiba-tiba dari balik pintu muncul
seorang yang ia kenal membawa
semangkuk nasi.
”Makanlah. Tampaknya tuan
sudah beberapa hari tidak
makan” ”Te...terima kasih” Ucapnya
dengan nada terbata-bata dan
sedikit ragu untuk menerima
semangkuk nasi yang disodorkan
kepadanya.
”Tuan tidak usah berterima kasih. Apa yang tuan makan
sekarang sesungguhnya makanan
Tuan sendiri”
”Maksudnya?” Ia bertanya
kebingungan.
”Nasi ini, saya dapatkan dari selokan belakang rumah Tuan,
setiap hari saya pergi keselokan
belakang rumah Tuan dan
mengambil sisa-sisa makanan
yang Tuan buang, kemudian saya
cuci bersih lalu saya jemur. Dan disaat ini semua hampir
kekurangan makanan, saya tidak
mengalami dan masih berbagi
kepada orang lain” Dan orang itu ternyata adalah
seorang pengemis tua yang
pernah beberapa tahun yang lalu
saat mengemis didepan
rumahnya, kemudian orang kaya
yang sudah tidak punya apa-apa itu pun meminta maaf kepada
pengemis tersebut dan menyesali
semua sikapnya terdahulu. ”Orang Yang Menghambur-
hamburkan Apa Yang Dia Miliki
Sesungguhnya Ia Adalah Manusia
Yang Tidak Mensyukuri Karunia
Yang Diberikan Kepadanya” Sahabat, Memang benar bahwa
roda kehidupan selalu berputar.
Tidak selamanya kita selalu ada
diatas. Untuk itu saat kita diatas
ingatlah bahwa mungkin satu
saat kita akan dibawah. Dengan demikian kita tidak akan menjadi
lupa diri. Apapun yang kita miliki dan
seberapapun banyaknya hiduplah
sewajarnya, Jangan
menghambur-hamburkan sesuatu
yang kita miliki, tidak hidup dalam
mubazir dan pemborosan. Persiapkan diri untuk menghadapi
disaat giliran kita dibawah agar
kita tidak kekurangan apapun,
memanjakan diri atau
menyenangkan diri tentu tidak
ada salahnya selama itu masih didalam batas kewajaran. Dan tidak ada salahnya apa yang
kita punya kita bagi dengan
orang lain.
DALAM HIDUP TIDAK ADA ORANG
YANG MENJADI MISKIN GARA-GARA
KITA MEMBANTU ORANG LAIN. Kita Tidak Pernah Tahu Apa Yang
Terjadi Besok, Hari Ini Kita
Membantu Orang Bukan Tidak
Mungkin Besok Justru Kita
Dibantu, Seperti Kata Pepatah
”BUNGA PUN TIDAK MEKAR SEPANJANG TAHUN ” Dengan segala apa yang kita
miliki, kita tidak perlu menjadi
manusia yang angkuh, menyakiti
orang lain dengan segala
kemewahan yang kita miliki,
jangan menari diatas penderitaan orang lain, serta kita juga tidak
perlu menciptakan status sosial
yang menimbulkan kecemburuan
sosial Sahabat, alangkah lebih baiknya
saat hati senang kita ingat
diwaktu susah. Ketika kita bisa
melahap segala macam makanan
enak jangan lupa diluar sana
masih banyak yang menjerit kelaparan, kita bisa memakai
pakaian yang bagus jangan lupa
masih banyak yang kedinginan,
saat kita bisa tidur nyenyak kita
harus selalu ingat masih banyak
orang yang menjadikan tanah sebagai alas dan langit sebagai
atap rumah. Manusia hidup dimana-mana sama
bahwa kemampuan manusia ada
batasnya termasuk kemampuan
untuk memenuhi keinginan
kepada diri sendiri, sebagai
contoh kemampuan perut kita pun ada batasnya, disaat kita
kenyang maka kita pun enggan
untuk makan lagi dan seribu satu
macam makanan enak pun tidak
akan berarti, lalu makanan itu
menjadi basi dan terbuang jadi sampah. Intinya penuhilah
kebutuhan kita secukupnya,
jangan menyediakan sesuatu di
luar kebutuhan itu sendiri. Bila
kita lebih, tidak ada salahnya kita
bagi dengan orang lain dan kita simpan karena satu saat kita
pasti membutuhkannya. Menjemput rejeki sebanyak-
banyaknya memang perlu, namun
hidup hemat juga perlu. Agar
kelak kita dapat
menggunakannya ketika kita
sudah tidak mampu menjemput rejeki lagi sehingga kita tidak
perlu menggantungkan hidup
kepada orang lain. TAPI INGAT
hidup kita bukan hanya di Dunia
yang sementara ini saja ada
kehidupan AKHIRAT yang jauh lebih indah, maka kita juga harus
punya PLANNING supaya AKHIR
HAYAT kita juga INDAH,maka bekal
dan investasi untuk kehidupan
Akhirat kita sjuga harus
mencukupi. Ya.... sekecil apapun investasi
untuk Akhirat kita jika kita
lakukan penuh kesadaran dan
keyakinan akan sebuah
pertemuan besar dengan Sang
Maha Pencipta, maka yakinlah kelak Allah akan menyambut kita
dengan tersemyum. Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan:
"Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih".
(Q.S.Ibrahim :7 ) MULIA kita dengan MEMBERI,
ABADIKAN yang TERSISA dengan
SEDEKAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar