Rabu, 29 Mei 2013

Kata Untuk Sahabat

"...Cinta itu seperti matahari yang memberi terang di kehidupan ini...", tulis seorang perempuan cantik. Sebuah ungkapan pendek namun penuh filosofi. Goresan itu mengingatkan saya pada Jalaludin Rumi, perenung kemanusiaan yang akhirnya menuai kematian paling bersejarah di abad ke enam hijriah.

Cinta memang telah menjadi sebuah "wirid" yang selalu merasuk pada jiwa-jiwa tanpa membosankan. Dan, perenungan akan cinta akan membawa kita pada kebesaran Tuhan. Karena dari situlah pancaran cinta menggapai seluruh batas-batas waktu dan ruang.

Dalam pengertian itu, Rumi menegaskan: "Setiap waktu yang berlalu tanpa Cinta, akan menjelma menjadi wajah yang memalukan dihadapan-Nya. Keimanan yang disuarakan Rumi adalah keniscayaan yang sampai saat ini tak terbantahkan.

Di kedai ini, berbicara seputar pemaknaan cinta pun tak kalah hebatnya penyair sufi yang mabuk cinta. Di mana, satu persatu dari mereka yang mengusung semangat pencarian cinta, terasa begitu dinamis dan mencerahkan.

Seolah kita sedang berada di sebuah "tambang", untuk mendulang mutiara-mutiara cinta yang bertebaran dalam warni-warni kemilau hati yang kian terpancar indah dan menggairahkan.

Semakin jauh menelusuri dan membahasakan anugrah kebesaran cinta tersebut, maka kita pun seolah sedang terjangkit "kolestrol cinta". Sebuah jenis kolestrol yang justru menyehatkan jiwa dan pikiran kita bukan sebaliknya.

"Kerana cinta kemalangan menjelma keberuntungan, Kerana cinta rumah penjara tampak bagaikan kedai mawar.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar